Liputan86.com|| Seba baduy kegiatan ritual yang sudah berlangsung sejak masa kesultanan Banten di laksanakan tanggal 27 - 30 April 2023 berlokasi di kota Rangkasbitung dan kota Serang. Kegiatan yang masih terpelihara sampai sekarang tersebut merupakan kegiatan ritual masyarakat baduy yang tinggal di desa kanekes kab Lebak Banten. Kegiatan tahun 2023 di hadiri oleh 1000 orang masyarakat adat tradisional baduy di banten selatan.Puncaknya tanggal 29 april 2023 saat kegiatan ritual di pendopo gubernur banten yang kini jadi museum banten di kota serang.
Sebuah kegiatan spektakuler yang unik dan dapat menarik minat wisatawan dalam dan luar negeri tersebut kenyataannya tidak dapat mendongkrak kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri ke banten khususnya kota serang. Hal tersebut sangat di sayangkan karena kegiatan ritual masyarakat adat baduy yang berusia ratusan tahun ini, tidak bisa di kemas dengan baik menjadi sebuah paket kunjungan wisata budaya sehingga dapat mendongkrak ekonomi masyarakat pariwisata di banten
Potensi event seba baduy jauh lebih menarik daripada event kebudayaan lainnya karena melibatkan ribuan orang yang menjadi pusat atau acara intinya yakni berupa penyerahaan hasil bumi kepada sultan banten pada waktu itu yang kini di simbolkan kepada gubernur Banten. Tapi sayangnya event tersebut tidak dapat di kemas dengan baik oleh pemerintah daerah banten menjadi event tahunan banten yang berskala internasional.hal senada di katakan oleh Ahmad Hikam Sahputra seorang pengusaha Rental Mobil Wisata di kota Serang banten yang juga pengurus DPW IPI Banten dikatakan bahwa." event seba baduy dari tahun ke tahun sepi wisatawan baik dalam maupun luar negeri sehingga masyarakat sekitar tidak mendapat limpahan pendapatan yang maximal dengan adanya event ini ditambahkannya lagi bahwa para pejabat pemerintahan di banten tidak bisa memanfaatkan momentum tersebut sebagai peluang untuk menarik wisatawan dalam dan luar negeri agar bisa datang ke banten seharusnya event seba baduy bisa lebih besar gaungnya daripada Kasada Bromo atau Festival Lampion di Dieng namun sepertinya para pejabatnya hanya mementingkan pencitraan sehingga tidak bisa liat peluang besar pariwisata berbasis budayal." ujarnya. (alek)