Masuk

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Simak Lagi Daftar Barang Impor yang Bikin Jokowi Jengkel

Sabtu, 26 Maret 2022 | Maret 26, 2022 WIB Last Updated 2022-03-26T08:52:32Z


Jakarta, liputan86.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) jengkel melihat banyak lembaga pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang masih doyan impor barang dari luar negeri.


Kejengkelan Jokowi diungkapkan di sela memberikan arahan kepada Menteri, Kepala Lembaga, Kepala Daerah, dan BUMN tentang Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Provinsi Bali.


“Uang-uang APBN, uang rakyat, uang kita sendiri kok dibelikan barang impor. Kita ini gimana sih kadang-kadang? Aduh. Saya detailkan lagi, geregetan saya,” tegas Jokowi dalam acara yang berlangsung pada Jumat (25/3/2022).


Jokowi menjelaskan, anggaran negara untuk pengadaan barang dan jasa begitu besar, masing-masing yakni pemerintah pusat Rp 526 triliun, pemerintah daerah Rp 535 triliun, dan BUMN Rp 420 triliun.


“Cek yang terjadi, sedih saya. Belinya barang-barang impor semuanya. Padahal kita memiliki untuk pengadaan barang dan jasa, anggaran modal pusat itu Rp 526 triliun. [Pemerintah] daerah, Pak Gub, Pak Bupati, Pak Wali Rp 535 triliun, lebih gede di daerah. Ini duit gede banget, besar sekali,” tandas Jokowi.


Menurut Jokowi, jika anggaran tersebut sebanyak 40 persen saja dibelokkan untuk belanja barang dan jasa buatan dalam negeri, maka bisa memompa pertumbuhan ekonomi Indonesia.


Menurut perhitungannya, paling tidak pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terangkat lebih dari 2 persen jika uang negara dibelanjakan di dalam negeri.


“Kok enggak kita lakukan? Bodoh sekali kita kalau enggak melakukan ini, malah beli barang-barang impor. Mau kita terus-teruskan? Ndak, enggak bisa. Kalau kita beli barang impor, bayangkan Bapak-Ibu semuanya, kita memberi pekerjaan kepada negara lain. Duit kita berarti capital outflow, keluar. Pekerjaan ada di sana, bukan di sini,” bebernya.


Daftar barang impor yang bikin Jokowi geregetan

Lebih lanjut, Jokowi memberi contoh sejumlah barang impor yang masih suka dikonsumsi pakai uang rakyat, salah satunya adalah CCTV.


“Coba CCTV, beli impor. Di dalam negeri ada yang bisa produksi. Apa-apaan ini? Dipikir kita bukan negara yang maju, buat CCTV aja beli impor,” sebutnya.


Selain itu, Jokowi jengkel juga masih menemukan adanya seragam dan sepatu yang diimpor dari luar negeri untuk digunakan polisi dan tentara.


“Seragam dan sepatu tentara dan polisi, beli dari luar. Kita ini produksi dimana-mana bisa, jangan diterus-teruskan,” beber mantan Gubernur DKI Jakarta ini.


Tak hanya itu, Jokowi geram dengan adanya impor alat kesehatan. Terkait hal ini Jokowi secara terang-terangan mengungkapkan kejengkelannya kepada Menteri Kesehatan.


“Alkes, Menteri Kesehatan, tempat tidur untuk rumah sakit, produksi saya lihat di Jogja ada, Bekasi, Tangerang ada, beli impor. Mau kita terus-teruskan? Silakan. Nanti mau saya umumkan kok. Saya kalau sudah jengkel, ini tak umumin nanti. Ini rumah sakit daerah beli impor, Kementerian Kesehatan masih impor, tak baca nanti. Karena sekarang ternyata gampang banget itu, detail harian sekarang bisa saya pantau betul,” ungkapnya.


Hal serupa juga ditujukan kepada Menteri Pertanian. Jokowi jengkel karena sejumlah peralatan pertanian justru diimpor, padahal alat tersebut bisa diproduksi di dalam negeri.


“Alsintan, Menteri Pertanian, traktor-traktor kayak gitu bukan hi-tech saja impor. Jengkel saya. Saya kemarin kan dari Atambua menanam jagung. Saya lihat ada traktor, ada alsintan, saya waduh. Enggak boleh ini, Pak Menteri, enggak boleh,” ucapnya.


Benda lain yang juga impor adalah peralatan tulis. Jokowi meminta agar impor alat tulis menggunakan uang rakyat segera dihentikan.


“Pensil, kertas, saya cek impor, bolpoin, ini apa ini kita? Kadang-kadang saya mikir, ini kita ngerti enggak sih hal-hal seperti ini? Jangan-jangan kita semua ini tidak kerja detail, sehingga tidak mengerti bahwa yang dibeli itu barang impor. Buku tulis impor, jangan ini diteruskan, setop,” tandasnya.


Selain itu, Jokowi juga masih menemukan adanya impor bangku untuk keperluan pendidikan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


“Urusan masa beli bangku, beli kursi mau impor kita. Laptop, mau impor kita. Kita sudah bisa bikin semuanya itu, sudah bisa bikin semuanya. Sudahlah, jangan diterus-terusin,” tegasnya.

 (Gandi/Ratna/Hendri/Opik)