Liputan86.com-Warga di Kecamatan Mauk Kebupaten Tangerang mengeluhkan kualitas air dan pelayanan PDAM TKR yang keruh dan mengalir kecil, bahkan tidak keluar. Akibatnya, warga kesulitan mendapatkan air bersih untuk berbagai keperluan keluarga. Kondisi tersebut terjadi di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang.
Dari keterangan yang dihimpun Porta Desa dari warga setempat, bahwa air diwilayah tersebut mengalir kecil dan keruh, bahkan dikatakan air sering tidak keluar. Kondisi itu di alami sejak April 2021.
Maesiah, seorang warga yang ditemui dikediamannya mengatakan, bahwa dirinya mengalami kekurangan air bersih yang diakibatkan air keruh, dan kadang tidak keluar.
“Saya mengeluh air pernah lima hari tidak keluar, sedangkan saya hanya memakai air dari PDAM aja, akibatnya saya harus mengambil air di tetangga,” kata dia, Jumat (23/7/2021).
Dia juga mengungkapkan, air yang keruh juga menjadi kendala, terpaksa Maesiah pun memakai air tersebut untuk kebutuhan. Ia pun mengatakan, bahwa dirinya pernah memberitahukan hal tersebut kepada petugas, namun belum ada tanggapan.
“Terpaksa saya memakai air keruh itu, karena darurat,” ujar Maesiah.
Hal senada juga disampaikan Nana Apriliana, kondisi tersebut ia alami sejak bulan April 2021,
“Air mulai jarang keluar itu mulai bulan April, kesininya air menjadi keruh, dan kadang-kadang air tidak keluar dari pagi sampai malam,” kata Nana.
Nana menambahkan, air PDAM biasanya hari Sabtu-Minggu setiap bulannya tidak keluar.
“Harusnya hari Sabtu dan Minggu itu air keluar banyak, karena dihari itu anggota keluar kumpul libur bekerja, tapi air malah tidak keluar, air juga kecil tidak naik ke toren atau penampungan,” ungkapnya.
“Dan untuk air keruh itu hanya bisa dipaksakan untuk mandi aja, dan kalau untuk nyuci dan minum tidak bisa,” sambung Nana.
Nana juga mengatakan, air keruh tersebut di alami sejak bulan Juni 2021, dan sering tidak keluar itu sejak bulan April 2021. Ia juga mengaku sudah melaporkan hal tersebut kepada petugas pencatat meteran air.
“Saya sudah komplen ke petugas, namun kata petugas tersebut, ia hanya petugas, dan kalo komplen langsung ke pusat,” tutur Nana.
Masih kata Nana, bila tidak ada tanggapan, ia berencana bersama warga tidak akan membayar air tersebut. Karena menurutnya pembayaran sama saja, meski air tidak keluar atau air mengalir kecil.
“Petugas pengecekan meteran tidak pernah datang sejak bulan April, padahal kami menunggu petugas PDAM itu, entah kenapa warga tidak tau, kami ingin komplen dengan kondisi air saat ini, dan anehnya pembayaran sama saja bahkan ada yang mengalami kenaikan, dan tentunya itu merugikan warga,” jelas Nana.
Ditambahkan seorang ibu pelanggan PDAM lainnya, Malha, bahwa dirinya dan keluarga mengalami kesulitan air yang sama, menurutnya air kecil mengalir, keruh dan terkadang tidak keluar.
“Sekarang air nyala, nanti mati lagi, kadang-kadang airnya butek kaya untuk air mandiin kerbau, akhirnya air tidak bisa dipake, dan terpaksa harus mengambil air ke rumah orangtua saya, nengteng,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Unit PDAM Firman Suhada saat dikonfirmasi mengatakan, terkait permasalahan air ini, kondisinya terkait dengan proyek kementerian PUPR yang sedang mengerjakan proyek normalisasi pembuatan turap di daerah Kosambi dan pekayon, yang saat ini belum selesai.
“jadi dampaknya ke kondisi air saat ini, karena sistem buka tutup itu yang mempengaruhi siklus air baku ke kita, air dari pagi ditutup dan malamnya baru dibuka,” kata Firman.
Firman menjelaskan, bahwa sumber air PDAM itu berasal dari kali irigasi, dan hingga saat ini belum ada sumber alternatif lain. Untuk kondisi air yang keruh dan mengalir kecil, menurut dia, karena dari kualitas air bakunya.
“Karena posisi sangat pekat keruh, jadi posisi pipa kan kadang-kadang posisi turbulensi, jadi posisi dia lama kadang-kadang 1 sampai 2 hari kering kosong karena proses turbulensi yang mengakibatkan air keruh, dan nanti air bersih lagi,” jelasnya. (Aris)